FILOSOFI KOPI (COFFEE PHILOSOPHY)

" KOPI adalah minuman paling jujur "
"COFFEE is the most honest beverage"

WELCOME TO OUR BLOG. .

Minggu, 18 November 2012

Ke-aku-anku



Bagaimana? Kamu mau jadi siapa kali ini?
 Aku mau jadi aku saja, aku dengan ke-aku-anku

Tidak menyesal? Tidak semua orang suka dengan kamu

Dengan aku atau ke-aku-anku?

Entahlah, terkadang ada saja yang tidak suka dengan sudut pandang ‘aku’

Diamlah, aku mau jadi diriku sendiri

Bagaimana dengan kata orang?

Biarkan aku, menjadi ‘aku’, masa bodoh dengan kata orang, tidak suka? Pergi saja

Dasar keras kepala

Tidak suka?

Bukan

Lalu?

Aku merasa kalah dengan ke-aku-anmu

@@@@@@@@

            Cuma sampah, aku pikir aku masih berharga. Cuma gegara masalah, aku sudah tidak ada artinya.

Sekedar cerita, sebagai manusia kita punya tanggung jawab atas diri kita sendiri. Atas nyawa, atas akal, atas hati, atas hidup dan nafas yang telah Dia beri tanpa henti.

Itu alasannya. Kenapa kita tidak pernah bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah kita lakukan. Sebenarnya bukan itu yang mau aku katakan, tapi itu sulit. Yah, kamu mengerti manusia? Sangat rumit.

Di sebuah kisah dikisahkan bahwa, jika aku melakukan kesalahan yang bukan atas namaku, aku akan tetap jadi tersangka karena aku yang melakukannya. Ya! Itu maksudku. Berbuat baik di mataku tidak tentu itu baik di matamu juga bukan?

Cuma tentang batas relatif manusia sebagai manusia. Terkadang kita lupa dan merasa punya segalanya, bisa segalanya. Seperti Tuhan saja. Padahal Tuhan beri kita hidup untuk me-manusia-kan manusia kan?

Sekarang aku tertidur, beratap langit beralas tanah. Jadi ma-nu-si-a. Yang punya kasta terendah dan martabat paling bawah. Aku di dasar. Ada angin aku ikut, ada ombak aku hanyut. Tidak punya bahu untuk menangis ataupun lengan untuk berpegang. Hanya seseorang yang terombang-ambing ikuti arus waktu yang tentu.

Ada kalanya sepi itu datang dan membunuh puing-puing diri yang tersisa. Rasanya sakit. Kesepian itu mengerikan. Memenjarakan aku dalam diam dan menghancurkanku diam-diam.

Lalu saat itu datang cinta. Aku jatuh dan tidak merasakan sakit sama sekali. Ada bahagia yang menggelegak dan memenuhi rongga-rongga dalam jiwa. Aku terlena, manusia itu mudah sekali terlena. Kata orang ada ‘3 TA’ yang harus hati-hati karenanya. Harta, tahta, wanita. Tapi bagiku itu berbeda. ‘3TA’ itu cinta, harta, tahta. Kalian harus tahu bagaimana cinta bisa melakukan apa saja.

Ya, cinta memang bisa melakukan apa saja. Termasuk seperti sekarang. Membunuhku, menjatuhkanku ke jurang paling dalam, merusak namaku, menghilangkan akal sehat. Sejak kapan cinta menggunakan logika? Hei! Dia itu 100% perasaan.

Tapi sekarang, karena semua telah berakhir dan semua telah berubah. Karena chemistry tak lagi bekerja dan kenangan terlalu mudah untuk lupa. Itu semua telah menyadarkanku. Bahwa memang tidak ada cinta yang bisa memberiku kasih tanpa sakit.

Tapi ini semua adalah pelajaran. Karena memang sekarang tidak ada sepi yang perlu saya sesali, kosong yang perlu saya isi, ataupun memori yang dikenang kembali. Aku sudah bebas. Dengan pelajaran berharga agar bisa bangkit lagi. Aku yang masih angkuh dengan ke-aku-anku. Aku yang belajar dari bawah lagi. Belajar cinta dengan angka nol lagi.

Aku yang di sini. Masih berdiri. Dengan luka yang masih basah.

Aku Aulia Narina.

Jumat, 21 September 2012

GADIS KRETEK - RATIH KUMALA


Intrik dari Selinting Kretek

- Sinopsis -
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang Ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim dan Tegar bertemu dengan buruh bathil (pelinting) tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.
Apakah Lebas, Karim dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.
———
 sedikit cerita dari saya tentang penemuan novel hebat ini.

Malam itu saya keluar rumah buat refreshing sekalian ketemuan sama seseorang, karena pulangnya terlalu malam, jadi bingung cari alasannya. Akhirnya saya masuk ke sebuah rental buku-DVD langganan saya, dari bertumpuk-tumpuk buku yang dijajar di rak saya pilih 2 buku, Gadis Kretek  ini sama satunya lagi buku ttg Cleopatra tapi saya lupa judulnya apa ??
   Pertama ambil langsung kerasa chemistry dari covernya, dalam hati rasanya 'wah, bakal ada cerita nih' saya kalau sudah nge-feel asik gitu, langsung lengket sama bukunya. Meskipun tebalnya lumayan, begitu pulang saya langsung ngumpet di dalam kamar, biar gak ada yang ganggu saya lagi baca buku keren *hehe*.
Satu malam sampai saya tertidur, saya sudah bisa 'menghisap' seperempat lebih dari buku ini. Nggak salah kalau tagline dari buku ini adalah 'Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.' EMANG BENER-BENER WANGI TEMBAKAU !  

 Kalau gak percaya boleh dicoba sendiri deh, bahkan sampai kalimat terakhir dari buku ini pun, wangi tembakaunya tetap melekat sampai ke dasar jiwa. Kalau saya lihat, untuk bikin buku keren semacam  Gadis Kretek ini, penulisnya, Mbak Ratih Kumala sampai bolak-balik riset dan menata ulang lagi karya dengan proses terlamanya ini. WAW !
    Ceritanya dalam. Intrik. Memukau. Penuh Passion dan menghanyutkan. Saking hanyutnya saya sampai bela-belain tanya-tanya ke guru spiritual saya 'gimana sih rasanya ngerokok?' dan sejak saat itu saya jadi ketagihan sama harumnya selinting rokok Dji Sam Soe . (maaf jadi melenceng ceritanya)
     Jujur, saya suka novel ini. Novel pertama yang aromanya benar-benar terasa dan melekat begitu lama dengan jiwa saya yang ternyata baru dilaunching tanggal 9 Maret 2012 di TB Gramedia, Grand Indonesia. Yang mengajarkan banyak hal. Asiknya dunia kretek di setiap beda 3 generasi.  Dan satu hal lagi melencengnya sejarah dan takdir yang tak disangka-sangka. It's GREAT ! masuknya peristiwa G30S/PKI semakin mengentalkan aromanya. Lika-liku hidup sebatang kretek sampai asapnya yang mengudara. Novel yang WAJIB dibaca !

--------------------------


Mengejutkan, penuh dengan detail yang kaya sampai kalimat terakhir. Tanpa terasa kita diajak oleh tiga generasi Indonesia mutakhir yang berusaha meluruskan penyelewengan sejarah oleh generasi yang bercerai berai akibat ganasnya revolusi, politik dan kondisi sosial paling kontroversial di negeri ini lewat kretek, cinta, dan kasih tak sampai melalui ludah yang terasa manis. Semanis ludah Roro Mendut. Karya yang indah dan sayang untuk dilewatkan! (John-De Rantau, sutradara)
Gadis Kretek merupakan sebuah masterpiece — novel dengan jiwa besar dari seorang penulis muda yang selalu menghadirkan karya-karya ‘menggigit’. Gadis Kretek merupakan sebuah kajian budaya yang dibuat hidup oleh karakter-karakter yang ‘berani’ serta nuansa kekeluargaan yang meski tak sempurna, namun tetap penuh kehangatan. Bravo, Ratih! (Maggie Tiojakin, penulis)
———-
-- Sorry if Repost--
You can take them from the original website :http://ratihkumala.com/blog/category/arsip-media/gadis-kretek


Selasa, 17 Juli 2012

Kata yang Datang dan Pergi

aku hanya bisa diam dan merangkai sebaris kalimat
tangan dan jemariku telah kau lumpuhkan untuk kembali merengkuh sukmamu
bibirku telah terkunci untuk ucapkan ' selamat malam, kasih '
mataku telah tertutup untuk kembali melihat malaikat
dan jiwaku telah lenyap menjaga tubuhmu untuk tetap utuh

kalau boleh aku jujur, aku akan katakan dua kata yang bersarang di ulu hatiku
yang terus berenang di kedalaman otakku


AKU CEMBURU !

Aku cemburu pada ranjang yang kau tiduri
Aku cemburu pada ujung kemejamu yang kusut karena kau takut
Aku cemburu pada selai kacang yang tersisa di ujung bibirmu
Aku cemburu pada selimut yang kau mintai kehangatan tiap malam
Aku cemburu pada sehelai kain yang menempel di atas tubuhmu
Aku cemburu pada apapun yang kau sukai,
pada apapun yang kau cintai,
pada apapun yang kau puja dan kau banggakan,
pada siapapun yang dekat denganmu
pada siapapun yang sanggup menyentuhmu
pada siapapun yang rasakan lembut bibirmu
pada siapapun yang dapatkan seluruh jiwa dan ragamu.

bahkan aku cemburu pada sepatu yang tunduk di bawah kemauanmu
kadang pula aku cemburu pada sudut ruang tempatmu bersandar di kala gelisah

tapi aku benci harus mengatakannya,

cemburu padamu membuatku tak berhenti memikirkanmu

Selasa, 15 Mei 2012

SPASI

Diam
Kau tahu dan Aku mengerti
tentang Debu dan Harapan
tentang Luka dan Api
tentang Cinta dan Langit
tentang Rindu dan Rantai
tentang Kau tahu apa?
kau tahu Siapa?

kau tahu Mengapa ada Siapa dalam Apa Di mana di suatu Kapan?
Tuhan tahu setiap daun yang Gugur, setiap binatang yang Tidur, dan setiap abu yang Terbang
Benang Merah milik bulat Hijau di saat segitiga Kuning dengan angka Delapan yang tak pernah putus

jangan-jangan mereka tahu di mana aku sembunyikan Kamu
jangan-jangan mereka mengintip festival saat tangan-tangan kecilKu mengoyak setiap hektar dari tubuh Shakespeare
jangan-jangan mereka juga mencuri dengar kepakan lidahku saat mengacak otak Hemingway
ah, untungnya Gibran masih terbaring di atas api suci dengan cawan kristalnya
dan gagak-gagak Rendra telah berbangga hati karena mendonorkan mata mereka untuk para pesakitan

sudah selesai perjalananku dengan Bintang Jatuh dan Naga Air yang meronta dalam pilu
sekarang dan seterusnya
Siapa yang akan tidur dalam pangkuan Siapa malam ini?
Kapan yang akan terbakar dalam api Kapan di surga malam ini?
dan Mengapa Apa itu Hilang di saat Apa yang lain Datang?

ah, kau tahu Aku paling suka jika Kau bernapas di telingaku
tapi jangan mendesah,
aku takut KITA jadi abu saat terbangun esok pagi

maaf, maaf maaf untuk Je Damono yang Siapa dan Apa-nya  kuculik sementara
maaf sayang, sayangnya sayangku masih sayang, sayang
sayang aku masih sayang dengan sayang-sayangnya
sayang-sayangnya jangan dibuang sayang, aku masih sayang

cukup, diam sayang
aku sayang

walaupun kisahku harus berakhir
sebuah kenangan tak akan berakhir

Titik Janji

.


Sampai kapanpun, saya berjanji saya akan tetap setia. Seakan kotak Pandora, hati hanya akan rasa duka dan lara. Keraguan, kesulitan, dan kesakitan. Ke mana kaki harus melangkah? Masih adakah harapan?
    Hentakan kakinya beritme sedang, berjalan seakan meniti di atas benang, dengan kaki yang jenjang, tatapan mata tenang, sorot matanya melukiskan masa depan tanpa keraguan. Semua mata tertuju padanya, tak ada yang lain selain dia, pesonanya, kecantikan luar dan dalam. Kulit kuning mulus, bibir mungil cherry-nya, hidungnya yang terlukis dengan indah, mata bulatnya, jemarinya yang lentik lincah, tubuhnya bak boneka hidup, sempurna! Tak hentinya rekan yang duduk di sampingku berdecak kagum menikmati kemolekan tubuhnya. Memuji sempurna kecantikan fisiknya bak bidadari jatuh dari langit, mungkin jika kau melihat kecantikannya yang tanpa celah, kau akan kehabisan kata-kata, dan hanya sanggup berkata "sempurna" dengan sesak mencari ruang untuk bernafas.
    Meskipun beribu lelaki memujanya lantaran kecantikannya yang memang bisa dibilang luar biasa, mengelu-elukan kesempurnaannya yang spesial, tapi bagiku dia bukan apa-apa. Dia manusia biasa, tapi dia berbeda! itu saja. Setiap mendengar langkah kakinya,  jantung ini seakan berdegup dua kali lebih cepat, jika perlu sampai berkontraksi empat kali lebih hebat. Jika mendengar renyah tawanya, otot reseptor sekitar tengkukku rasanya meremang. Jika terselip sedikit saja senyum dari bibir mungilnya, rasanya aku terbang ke surga. Aku hafal ritme langkah kakinya, aku hafal nada riuh tawanya, aku hafal setiap desibel suaranya, aku hafal setiap tanggal penting dalam hidupnya, aku hafal apa saja yang dia sukai ataupun tidak, aku hafal merek parfumnya, aku hafal dimana alamat rumahnya, aku hafal ukuran sepatu dan pakaiannya, aku hafal semua yang bisa kuketahui, segalanya tentang dia, karena aku telah jatuh pada pesonanya, jatuh hati kepadanya, jatuh pada pandang pertama. Setetes madu dalam secawan racun di sebuah musim hujan di usiaku yang ke-16.
    Tapi semuanya hanya hayalan dalam diam, harapan yang harus terkubur dalam-dalam, karena aku tahu, aku bukan siapapun dan tak pantas jadi apapun dalam hidupnya. Aku tahu, dia mungkin tak mengenal namaku, aku tahu, dia mungkin tak pernah memperhatikanku saat diam-diam aku menyelinap mengikutinya dari belakang, aku tahu, dia tak tahu apapun tentang aku sementara aku berusaha untuk tahu apapun tentang dia, aku tahu dan aku mengerti. Biarlah, biarkan rasa ini mengalir mengikuti arus waktu. Meskipun dia tak bisa merasakan getaran rasa yang telah menjadi goncangan yang memporak-porandakan seluruh isi hatiku, bagiku tak masalah. Sampai kapanpun, selama otot-otot jantungku masih sanggup berkontraksi dan kantung paruku masih bekerja, aku akan tetap setia, tanpa tapi. Aku benar-benar tulus padanya, tanpa harus ada alasan pasti. Sampai kapanpun.
    Hingga bertahun-tahun berikutnya, untaian kasih yang kurajut sendiri terasa semakin kuat. Aku tetap bertahan pada rasa satu hati yang memuja sesuatu yang tidak pasti. Tenggelam lebih jauh ke dalam kubangan esensi, yang melahirkan lebih banyak sensasi sakit hati. Ditemani duri dan luka yang sewaktu-waktu bisa datang membawa kabar duka kiriman merpati. Biarkanlah, biarkan saja. Biarkan rasa ini tetap menjadi milikku yang kubawa sampai mati. Toh, aku sudah berjanji. Aku akan tetap setia padanya sampai nanti.
    Suatu malam aku bermimpi, tentang dia sekali lagi. Dia berbaring di sisi ranjangku, rebahkan tubuhnya menghadap ke arahku. Bibir merah mungilnya menyunggingkan senyuman seduktif penuh arti. Jemari lentiknya bergerak, bermain di setiap lekuk-lekuk wajahku sampai akhirnya berhenti di cuping hidungku, dia meniup mata kiriku.
    "Sayang, bangunlah sayang, jangan tunggu sampai pagi menjelang sayang. ." bisiknya menaikkan gairahku. Kugapai tubuhnya agar lebih dekat denganku, kuciumi keningnya tak ingin dia menghilang dimakan waktu.
    "Sayang, jangan pergi sayang, aku membutuhkanmu . ."
    Tapi aku dibodohi angan, otak sadarku anehnya masih bekerja di saat tubuhku menggigil ingin kembali meraihnya. Dalam sekejap hilang sudah semuanya, tak ada arti lagi bagi sebutan sayang, tak ada makna lagi untuk setiap sentuhannya. Frustasi rasanya kenapa semuanya harus berhenti di saat yang tidak tepat. Tapi biarkan, biarlah saja. Lebih baik otak sadarku terus bekerja daripada hanya kungkungan rasa yang membolak-balikkan perasaan serta pikiranku. Kurelakan dia hanya menjadi bunga tidurku, pendamping hidupku dalam angan.
    Waktu berdetak tak berhenti tiktoknya dan bumi ini berputar tak berhenti lajunya. Dan rasaku sendiri tidak pernah berhenti  untuk beristirahat, meskipun pernah sesekali aku merasa lelah, merasa ditipu, dan dibodohi, dibohongi habis-habisan oleh perasaanku sendiri padanya, sayangnya janjiku pada diriku sendiri kembali terngiang untuk mengingatkanku pada rasa yang tak boleh padam. Seakan aku telah berjanji sehidup semati untuk tetap setia padanya, meskipun dia bermain dengan banyak yang lain. Biarkan, biarkan sajalah. . . Aku ikhlas tetap bertahan untukmu, sayang. .
    Karena tuntutan masa, pola pikir serta cara hidupku mulai berubah sepersekian dari tiap lajunya, belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berpikiran rasional layaknya orang yang usianya setara denganku. Tapi kisah kasihku untuknya tak akan berhenti meskipun zaman menuntut demikian. Janjiku tak akan lekang oleh waktu. Waktu.
    Eksistensinya semakin lama semakin menyeruak, sekarang, siapa yang tak mengenal sosok sempurnanya. Kecantikan dan kepeduliannya, semakin memancarkan pesonanya luar-dalam. Kecakapannya dalam melakukan banyak hal, membuatnya menjadi pujaan banyak lelaki. Kecerdasan pola pikirnya, membuatnya dinobatkan sebagai satu-satunya pilihan untuk menjadi calon istri. Kepiawaiannya menarik hati seseorang, memberinya penghargaan dalam gunjingan ibu-ibu untuk menjadikannya menantu. Semuanya sempurna ada padanya, semuanya.
    Tapi di dasar hati kecil ini tak ada sedikitpun rasa iri maupun cemburu, pada pria yang sanggup membelikannya ini-itu ataupun pada lelaki yang mampu menggandeng tangannya mesra, menariknya dalam dekap lantai dansa. Aku tidak cemburu. Cukup, biarkan, biarlah saja, biar rasa ini aku yang memiliki, rasa yang hanya mampu terpendam dalam hati tanpa harus dideklarasi. Aku tetap setia, tulus padanya sampai nanti.
    Kini usiaku tak muda lagi, sudah waktunya untukku pergi ke perantauan, mencari hidup bersama teman seperjuangan. Akankah aku meninggalkannya? TIDAK. Justru aku akan lebih dekat dengannya, kami akan berkelana ke kota besar. Menuju pusat denyut perekonomian negri. Menjajal ini-itu untuk meraih kebutuhan jasmani, walau kebutuhan rohaniku tentangnya tak akan terwujud.
    Gadis manisku telah menjadi seorang wanita yang cantik. Tetap bertahan dengan sorot mata yang tak sedikitpun menampakkan keraguan, langkah kakinya makin mantap melangkah menuju pembaharuan. Syukurlah, dia tetap hidup di tiap-tiap pola dari garisku dan namanya mendengung di tiap-tiap nafas yang terhembus.
    Di suatu ketika, dalam jamuan makan bersama rekan lama di atas sebuah meja panjang. Seorang kawan dengan sengaja menyebut namanya dan menyenggol lenganku hingga semangkuk sup jagung di depanku berubah warna menjadi hitam tercampur dengan kental kopi. Kerongkonganku rasanya tercekat dan sesakku mencari-cari udaranya. Hebatnya, semua yang hadir dalam jamuan itu tertawa terjungkal-jungkal melihatku bernasib sial hanya karena grogi.
    "Satya. . satya. . kamu tak berubah. Masih saja wanita itu yang ada di otakmu, jangan mimpi kamu, sat. . ." gelak seorang kawanku di antara tawanya. Aku hanya bisa membalasnya dengan tawa kucing kecil menyembunyikan air muka yang memanas.
    "Kamu belum dengar kabar terbarunya bro?" hemm? Dengan refleks tulang-tulang leher ini berputar arah. "Kabar?" kumiringkan kepalaku ingin tahu.
"Dia sudah tunangan sejak 3 bulan yang lalu, 3 hari lagi dia akan menikah dengan seorang pengusaha muda", masih dalam tawa salah seorang dari mereka memberi pernyataan.
    Seakan dihujani beribu belati, tanggul mataku inginnya berkristal saja, rasa yang makin meronta, melolong bagai serigala, rasa yang akhirnya berterbangan bak daun gugur dari dahannya, apa? Apa lagi yang harus kulakukan? Aku tak melakukan apapun sedari dulu bukan? "Iyakah? Selamatlah untuknya, semoga dia bahagia", itu saja yang bisa kukatakan di antara tawa mereka. Cinta memang tak berlangsung selamanya, dia hanya bertahan, sampai kita tahu kalau kita telah sakit karenanya.
    Seketika tawa mereka luruh, senyap menggegap. Jemari salah satu dari mereka terulur menghapus kristal-kristal pesakitan yang mengalir dari mataku. Inginnya tak berada di sini saja, inginnya aku pergi dan berlari sekencang-kencangnya saja, inginnya aku bersembunyi di sudut kamarku saja, inginnya aku hanya ingin pulang dan kembali bermain-main dengan fantasi bersama dirinya.
    "Sat, maaf. . . kau ingin pulang?" Audrey, satu-satunya yang mengerti tentang aku dan fantasi liarku dengan dirinya. Aku hanya bisa menggeleng lemah, kupaksakan tersenyum dengan mata berkaca-kaca ke arah mereka, "lanjutkan saja, maaf jika aku merusak suasana, aku harus keluar sebentar."
    Langkahku goyah menjauh dari meja makan, pandanganku berputar, kabur, berkunang-kunang, menjauh, berkabut, hilang. . . "Hati-hati kalau jalan" , dengan sigap, gadis manis itu menopang tubuhku lemas. Audrey.
    Kami terduduk di teras depan menghadap ke taman mengadu pada bulan dan bintang yang syukurnya tidak tampak karena tiba-tiba langit jadi ikut mendung mendengar kabar duka dari meja makan. Kepalaku bersandar di bahunya, lucu mungkin kelihatannya, saat seharusnya seorang lelaki ada untuk wanitanya menangis, aku melakukan hal yang sebaliknya, hal yang seharusnya tidak boleh terjadi.
    "Tenanglah tenang Satya, masih ada Audrey di sini, semuanya akan baik-baik saja. ." , tangan kecilnya menepuk pelan punggungku, mulai bersiul mencari ketenangan malam, "apa yang Satya pikirkan sekarang?"
    "Hemm? Apa yang bisa kulakukan sekarang dan seterusnya? Tanpa. .", telunjuknya mengatupkan suaraku, "jangan dilanjutkan, akan sakit rasanya, Audrey tahu dan Audrey mengerti." Dia tahu apapun tentangku, perasaanku.
    Posisi kami berubah, sekarang di bangku teras ini, mata kami bertemu dan saling berhadapan. "pendamping hidup?" tambah gadis di depanku dengan hati-hati. "Ya", hanya itu yang bisa kujawab. Jemari kecilnya menelisik, bertaut dengan jari-jariku, menggenggamnya dengan erat.
    "Audrey ingin Satya tetap baik-baik saja sampai seterusnya, dan Audrey akan berusaha sembuhkan hati Satya," pandangannya seolah menghujam lembut mataku. Genggamannya makin erat, "menikahlah dengan Audrey."
    "Apa yang kau katakan?" gadis ini hanya diam, bibirnya menyunggingkan senyuman skeptis, APA YANG TELAH DIA KATAKAN !
    "menikahlah. . dengan. .ku, Audrey berjanji akan sembuhkan luka di sini. ." dengan tangan gemetar, disentuhnya dadaku dengan hati-hati, pandangannya jatuh, ia tak berani lagi menatap mataku. Tuhan, apa-apaan ini?? Kenapa jadinya seperti ini?? Apa ini? Apa kau telah bercanda denganku??
    "Audrey, tatap mata Satya. ." kusentuh dagunya, bibirnya bergetar, menggigil. Kenapa sekarang malah sebaliknya? Kenapa malah dia yang rapuh sekarang? "Kau tidak sedang bercanda kan? Kau serius?", kucari-cari di bola matanya, kesungguhan yang sesungguhnya. Ditegakkannya kepalanya, tersenyum dia dengan harapan penuh.
"Jangan pernah lupakan Jadine, seorang Jadine Caerina harus tetap ada di sini. .", Audrey kembali menepuk pelan dadaku, mendengar nama itu disebut, rasanya ada yang dicongkel dari luka-luka dalam hati ini, "Audrey hanya akan menjadi bagian dari hidup Satya, bukan seluruh dari hati Satya, Audrey hanya akan ada di sisi Satya, untuk melengkapi bagian-bagian yang hilang dari hidup Satya, untuk menopang Satya di saat Satya merasa seperti sekarang, percayalah pada Audrey, Audrey akan melakukan apapun untuk Satya, karena Audrey sayang Satya. .", dileburnya tubuhnya dengan tubuhku, pelukan terhangat yang pernah kudapatkan, kasih sayang yang tulus.
Kenapa dia merelakan seluruh hidupnya bahkan hatinya hanya untukku? Kenapa Audrey melakukan ini semua untukku? Apa yang telah dia lakukan? Lalu gadisku? Wanitaku? Jadine Caerina-ku? Terima kasih, kau telah mengenalkanku pada cinta yang sesungguhnya, yang hanya memberiku harapan kosong dan rasa sakit. Sejak taman kanak-kanak saat kita sebangku dulu, saat sekolah dasar kita sekelas dulu, sampai sekolah menengah saat kita satu sekolah dulu, dan sampai sekarang dan selamanya. Terima kasih, sayangku. Jadine Caerina. Janji seorang pria tak kan kuingkari.
Di sudut senja, bersama jingga dan secangkir teh, serta wanita ini, Audrey, di pernikahan kami yang menginjak bulan ke 3, dan di beranda rumah baru kami, di atas sofa gantung berwarna marun. Dia tetap mendengarkanku, Audrey-ku yang terlalu baik untuk dimiliki pria cengeng sepertiku, dia tetap setia mendengarkan setiap bait dari kisahku, tanpa respon kasihan yang jelas akan menunjukkan kelemahanku, dia selalu tahu apa yang aku butuhkan. Meskipun dia juga tahu, hati ini masih sepenuhnya milik seorang Jadine Caerina yang telah menjadi milik pria lain yang lebih-lebih sekali dariku.
"Sayang, aku belum baca koran hari ini, bisa tolong ambilkan?" dengan kedipan menggoda bergeraklah kakinya dengan tawa yang tak ada habisnya. "Ini sayang. ." diangsurkannya koran langganan hari ini padaku. Audrey duduk di sisiku menggelayut manja di bahuku, bersama kami membuka berita utama koran pagi itu.
DIAM. Semuanya tepat berhenti pada waktunya. Tak perlu lakukan apapun lagi, semuanya sia-sia. Mati.
"AKTRIS SENIOR, JADINE CAERINA, TEWAS DITEMBAK SUAMINYA"

Jumat, 27 April 2012

PERFECT LIE


mungkin hanya 1
kuhitung sampai sejutapun
kamu sudah mati
babak-babak yang terpisah
aku adalah celah
tak terungkap
tanya di ubun-ubun
anda kecewa?
tenang saja, saya akan memberi anda lebih lagi dan lagi




anda percaya?
berhentilah
bahkan saya terlalu jalang untuk anda percayai

anda bertaruh?
YA! pertaruhkan saya sebagai jiwa yang tergadai

anda bertanya?
maaf, jawaban saya hanya darah

masihkah anda percaya?
bahkan saya terlalu jalang untuk bernafas dengan tenang

sekali lagi? anda percaya pada saya?
Anda percaya pada tahayul !

apa yang anda inginkan?
apa yang anda tunggu?
apakah saya masih hidup?

untuk apa anda menghargai seekor bayang yang tak ternilai?

yang nomor seri otaknya adalah XXX22

yang terlalu hina
hahaha


di sini, sekarang. . hanya ada saya dan anda
terlalu sakit saat
menyesak aku terdesak
menyiksa, anda terlalu gila
sst. .  kumohon diamlah biar aku yang melakukannya
aku bosan jika hanya menerima
tapi apa yang bisa kuberi untukmu??

lalu 1 lagi, kepura-puraan yang nyata. .

sepertinya. . aku ulangi lagi SEPERTINYA, kita akan bahagia sayang. .
hidup berbantal dolar dan beranjang tatakan emas

hidup di atas kepura-puraan

hidup kita hanya opera sabun, bisnis yg sempurna .

FILOSOFI KOPI

Judul Buku         : Filosofi Kopi
Penulis                 : Dewi ‘Dee’ Lestari
Penerbit              : Gagas Media
Cetakan               : 8 / 2007
Tebal                    : 146 halaman
 
Dewi Lestari, penyanyi kondang asal Bandung, kelahiran 20 Januari 1976, yang terkenal lewat trio Rida Sita Dewi ini, kembali hadir menyemarakkan dunia sastra Indonesia setelah novel serialnya yang fenomenal, Supernova, terbit di pertengahan 2004. Setelah sukses dengan Supernova yang mengundang banyak decak kagum, mojang bandung yang lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi ini selalu dibanjiri pertanyaan, “Mengapa tiba-tiba menulis?” dan menurut pengakuannya, bakat menulis dan kesenangannya berolah vokal berjalan beriringan.
Dan kini, dipertengahan 2006, Dewi lestari, atau yang akrab di sapa ‘Dee’, sebagai nama penanya, hadir dengan sekumpulan cerita pendek karya pribadinya dalam kurun waktu 1 dekade terakhir. Delapan belas karya dalam bentuk yang bervariasi ini merupakan kumpulan cerpennya yang pertama dengan tema-tema ringan namun sarat akan arti. Kumpulan sastra cerita maupun prosa yang sarat makna dan memiliki esensi sastra yang menakjubkan.
Filosofi Kopi, ketika membaca judulnya hanya sepintas, memang cukup unik, namun tidak banyak orang – khususnya remaja – yang langsung jatuh hati lantas langsung membawanya ke kasir. (kecuali saya yang gila kopi, saya langsung menggondolnya ke meja pustakawan, hehe).
 Bahasa yang digunakan Dee memang ringan, tapi bukan Dee namanya jika membiarkan kalimat itu sederhana tanpa ornament khas sastra, ia telah sukses membuat banyak penggemarnya berpikir dalam Supernova, maka dalam penggarapan cerpennya ini, ia menyelipkan interpretasi yang membutuhkan usaha lebih dari sang pembaca untuk meluangkan waktu dua atau tiga kali membaca. Jadi wajar, jika kalangan remaja tingkat menengah kurang tertarik, karena karakter remaja memang lebih menyukai cerita instant pop sejenis Teenlit. Walau demikian, pesan yang ingin Dee sampaikan pada tiap lembar cerita yang disuguhkan, sesungguhnya sangat dekat dengan kehidupan dan remaja juga didalamnya.
Jika ada yang memikat pada Dee adalah cara dia bertutur: Dee peka pada ritme kalimat. Dengan sangat apik ia tahu kapan suatu momen disentuh, diberikan suatu kejutan yang menyebabkan kening berkenyit, atau momen mana yang membuat kita tersenyum atau sekedar bergumam, mmm…gue banget. Tidak kalah penting, ritme yang diciptakan oleh Dee tidak mendayu-dayu. (rasanya hebat banget nih buku). Juga tidak berbelit, bahkan cenderung rapi. Dee dalam Filosofi Kopi membalut tema-tema tabu lewat cara pandang yang lain.
Dari delapan belas cerita dengan tema berbeda, dua cerita yang terlihat menyentuh hati dan penuh tragedi. Kedua cerita itu adalah “Filosifi Kopi” dan “Mencari Herman”. Kedua cerita ini mengandung makna yang sangat menyentuh hati.­­­­­ Dapat di lihat dari cerita “Filosofi Kopi” menceritakan tentang seseorang bernama Ben yang pergi berkeliling dunia, mencari koresponden di mana pun demi mendapatkan kopi – kopi terbaik dari seluruh negeri. Menjajal rasa kopi sana-sini dengan gaya backpacker yang asik. Sampai tibalah saatnya Ben kembali dari perjalanan panjangnya mencari jati diri sebiji kopi. Dia dan Jody, sahabatnya membuka kedai kopi mereka sendiri.
Yang membuat café ini istimewa adalah pengalaman ngopi yang di ciptakan Ben. Ia tak hanya sekedar meramu sebuah kopi saja, tetapi ia menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu fiosofi untuk setiap jenis ramuan kopi. Contohnya saat membuat Kopi Tubruk, akan ada secarik kertas bertuliskan tentang kopi tubruk yang melambangkan Kejujuran. Setiap hari kedai kopinya ramai oleh orang-orang yang memesan kopi untuk kenikmatan, suasana, sekaligus memawaskan diri dengan kopi dan karakter diri mereka. Sampai Ben menemukan puncak kenikmatannya sebagai bartender, dia meracik sebuah ramuan demi tantangan seorang pelanggan yang menginginkan Kopi yang benar-benar sempurna ! lahrilah "Ben Perfecto". Menu kopi yang akhirnya menjadi pilihaan utama pelanggan dan tentunya dengan harga yang berbanding lurus dengan rasa dan namanya.
Sampai akhirnya sebuah kesederhanaan dari Kopi Tiwus, ramuan kopi dari kedai seorang bapak sederhana yang letaknya jauh, sangat jauh dari perkotaan, menjatuhkan kepercayaan dari nama bangga "Ben Perfecto" akan kesempurnaan. Cerita yang dikemas secara menarik ! Saya tak bisa mengungkapkannya sendiri >.<
             Membaca keseluruhan cerita yang tersuguhkan dalam Filosofi Kopi, membuat pembaca peka akan hal-hal remeh yang sesungguhnya merupakan hal-hal besar jika setiap kita mampu menarik hikmah di tiap hal yang remeh itu. Sebut saja judul-judulnya, Surat yang tak pernah sampai, selagi kau lelap, diam, sikat gigi, cuaca, spasi, lilin merah, dan deretan judul lainnya.
Kesimpulannya, bagi mereka yang suka sekali minum kopi sambil membaca bacaan ringan menginspirasi, atau bagi mereka yang suka membaca santai tapi bisa mendapatkan muatan lebih, Filosofi Kopi bisa dijadikan teman karib
 
 
tags by thislearner.blogspot.com and Google dengan sedikit penggubahan
 
Komentar Secangkir Kopi tentang "FILOSOFI KOPI":

 
Sesaat setelah saya menemukan dan menarik buku ini dari rak buku fiksi berdebu Perpustakaan daerah Gresik lantai 3 , saya sempat terdiam lumayan lama, terpekur, hanyut dalam fantasi liar yang ada di benak saya, saya pikir "Apa-Apaan ini!!!"
Telah bertahun-tahun sejak saya mencintai sebiji kopi yang gosong telah disangrai, ini untuk pertama kalinya saya menemukan sebuah buku dari seorang penulis yang benar-benar SAYA SEKALI !
Jujur, meskipun telah ada larangan dari dalam hati dan fikiran saya "Jangan menilai buku hanya dari sampulnya saja", tapi ,melihat cover Filosofi Kopi saja saya sudah benar-benar tertarik, benar-benar TERTARIK !
Tanpa ba-bi-bu lagi saya langsung menculik buku ini dan langsung meminjamnya. Sore harinya di rumah, ditemani dengan secangkir kopi instan saya mulai menelanjangi setiap carik-carik buku ini satu per satu. Dengan kegilaan dari hasrat dan gelora yang menggebu-gebu, saya mencintai setiap inci dari buku ini. .  seluruhnya, tanpa celah.  
Dengan bahasa yang rapi, ringan, tertata apik, serta makna yang pas dan tidak berlebihan. Buku ini cocok sebagai Teman minum kopi sore anda ! Selamat berburu jika BERMINAT ^.^

Rabu, 18 April 2012

24 JAM

24 JAM aku lewati dalam diam
rasanya seperti berlalu dengan cepat
24 JAM aku menunggu kedatanganmu
24 JAM tak menyapamu rasanya ada yang kurang
24 JAM tak mendengar celoteh dan canda tawamu rasanya aku hampa
24 JAM aku diam dan sendiri
24 JAM aku dimakan sepi, 24 JAM dibunuh sunyi

24 JAM yang telah terlewati
24 JAM waktu yang telah kita lewati
24 JAM untaian benang kenangan telah terajut
24 JAM yang telah habis untuk saling memikirkan
24 JAM yang sepenuhnya untuk dirimu
24 JAM terakhir aku mulai lelah, aku bingung, aku tak mengerti dan tak memahami,
apa yang harus kulakukan
apa yang harus kupilih untuk suatu hari nanti
menunggu yang tidak pasti
atau kembali terjatuh lagi ?

Dan apabila 24 JAM terakhir berlalu dengan cepat
aku ingin terus bersamamu
Dan bila ragaku mulai rapuh, biarkan aku bersandar dalam percayamu
merasakan hangat dekapanmu
hangat. .
hangat. .
dan hangat. .
hanya itu yang ingin kurasakan
karena kamulah Matahariku

Lalu apa yang akan terjadi dalam 24 JAM ke depan??
Apa aku akan mati?
Atau masih berada dalam dekapanmu?
Atau kita akan mengambil langkah sendiri
berpisah di persimpangan
Atau kita hidup dalam sepi dan meringkuk sendiri

Dan yang kuharapkan untuk 24 JAM  ke depan. .
24 JAM lagi
Aku akan terus menanti cintamu
Dan kalau pun aku mati, aku masih ingin melihat bayangannya dari kejauhan
Ingin melihat senyumnya yang indah walaupun aku tidak bisa lagi menikmati bibir mungilnya
Kita akan sling mencintai walaupun dalam dunia yang berbeda..
Saling mencintai tapi tak bisa bersatu
Cinta Utopia. .

Platonisme. .
Aku lebih suka. . Jauh di mata dekat di hati
Biar ada 24 JAM sisa hidupku, biar aku habiskan untuk bernafas di sisimu
Biar ada 24 JAM sisa hidupku, biar kamu rasakan cinta selamanya dari hatiku
Biar ada 24 JAM sisa hidupku, akan kuberi kamu waktu selamanya untuk mengenang setiap memori yang telah ada

24 jam...
Aku hanya ingin mencintai tanpa di cintai.
Selalu berharap walau hanya berujung perih.
Selalu berdo'a demi kebahagiaanmu dan ikut tersenyum kala melihat indah senyummu
Kamu tak pernah hilang dalam hati dan otak, dan menyatu dalam jiwa walau 24 jam sudah berlalu..

Dan walau 24 JAM itu telah berlalu, kenangan itu tak akan hilang, tak hanya seperti cintaku yang seperti debu tertiup angin, kenangan tentang Cinta akan selalu terpatri di sudut hati

24 jam itu akan terus terulang dalam hidup..
Walaupn begitu yang kita lakukan dalam waktu 24 jam selalu SAMA

Tapi dengan cinta dan kasih sayang,
24 JAM itu akan menjadi berbeda
walau kadang 24 JAM akan berlalu begitu cepat, atau begitu lambat
24 JAM sangat berharga bagiku
bersamamu

24 jam berlalu dengan cepat saat kita bahagia dan akan terlihat lambat saat kita terpuruk.
24 jam selalu di warnai dengan tawa,senyum bahkan tangis

24 JAM yang mengesankan
24 JAM yang benar-benar hidup
24 JAM yang mengajari kita tentang banyak hal

‎24 jam adalah waktu yang singkat tapi selalu memiliki suatu kenangan berkesan yang tak akan pernah terlupa selamanya

24 JAM adalah waktu untuk api, angin, air, dan tanah. . untuk KITA
24 jam yg berlalu tak bisa menghapus dirimu.

Hiduplah seakan kita hanya punya waktu 24 jam dalam hidup

24 JAM adalah rangkaian kata, tiktoknya jjarum jam, denyut nadi, detak jantung, desiran darah, dan kembang kempisnya nafas
24 JAM adalah cinta, suka, duka, dan amarah
24 JAM adalah hati dan perasaan, lahir dan batin, raga dan jiwa, langit dan bumi
24 JAM adalah waktu dimana HIDUP kita berjalan dan KEMATIAN kita mengintai di balik lubang kunci
24 JAM adalah proses menuju kedewasaan
24 JAM adalah kehausan, kelaparan, kesesatan, dan ketidak tahuan
24 JAM adalah pencerahan, semangat, harapan, dan cita-cita
24 JAM adalah waktu saat kuterjatuh dan bangkit kembali
24 JAM adalah saat dimana mimpi dan usaha terealisasikan dengan baik

24 JAM adalah wakil dari masa lalu untuk detik-detik di masa depan

24 JAM adalah 1 HARI
24 JAM adalah 1 dari 7
24 JAM adalah 1 dari 30
24 JAM adalah 1 dari 12
24 JAM adalah 1 dari 365

24 JAM adalah 1 hari, dan 1 hari itu dari 30 hari, 30 hari itu dari 12 bulan
dan itu adalah 1 tahun, 1 tahun yang bukan apapun
karena 24 JAM adalah selamanya, hidup kenangan kita
selamanya. .
dan 24 JAM adalah waktu yang kupertanggung jawabkan
untuk tetap menunggu dan mencintaimu
untuk tetap bermimpi dan berlari
untuk bangkit dan menyeka air matamu
untuk memberimu tempat untuk pulang
untuk menjadi tempat tinggal. .


24 JAM sudah aku duduk sendiri
24 JAM sudah aku menunggumu
dan aku siap untuk 24 JAM ke depan dengan atau tanpa dirimu

Saya bersyukur untuk 24 JAM yang telah saya lewati
dan saya Siap untuk 24 JAM ke depan yang akan saya jalani

HIDUP UNTUK 24 JAM.


ditulis oleh :
- NABILA ARINI AULIA
- FARIDA AULIA
dikutip dari : status "24 JAM" yang menjadi pokok pembicaraan dan diskusi selama kurang lebih 24 JAM juga

dari lubuk hati yang paling dalam, terima kasih dan maaf untuk seterusnya. .
ini 24 JAM kami, dan hanya ini yang bisa kami persembahkan untuk kalian.

Sabtu, 24 Maret 2012

ARTI SECANGKIR KOPI


Secangkir kopi, apalah arti secangkir kopi ??
tentang kepahitan? kekentalan? keharuman? kepekatan?

ayolah, ini tidak akan jadi diskusi panjang nan rumit bin njelimet yang tersusun dengan kosa-kata yang baku dan tidak menarik
Buat ini mudah dengan Secangkir Kopi

Dengan secangkir Kopi 
aku mengawali hariku. .

Aromanya, hangatnya, minum kopi itu seperti menjalani hidup, perlahan tapi pasti, dinikmati
Lalu rasanya, hmm. .  jujur! selama aku kenal yang ada adalah KOPI adalah minuman paling jujur. Paling mengerti tentang aku, tentang hidupku. . 

Di tengah hidup yang terasa pahit, kelam rasanya, sakit, hampa dan hambar rasanya, gula-gula manis berwujud cinta, kasih sayang, dan rasa ingin berbagi akan melebihi segalanya. Membayar hidup dengan kenikmatan yang luar biasa meskipun hidup kita dikemas dengan cara yang sedemikian rupa. . .

Seperti secangkir kopi, meskipun air hitam kental bernama minuman KOPI itu dikemas dalam wadah dari tembaga khas orang-orang di penjara, itu tetaplah kopi. Kita memilih kopi untuk meminumnya, bukan memakan wadahnya. Jadi, esensi asli dari kopi bukanlah saat kita bertanya tentang wadahnya, tentang keramik sebagai wujudnya, ataupun gelas kaca dan porselen yang menaunginya. Kita memilih KOPI bukan Kemasannya.

Hal tersebut telah mencerminkan kehidupan pribadi kita sehari-hari. Kebanyakan dari orang-orang yang saya kenal, memilih pasangan dengan dilihat dari tampang, kecantikan, kekayaan, maupun ketenaran. Padahal hal-hal tersebut tidak akan abadi dan lekang oleh waktu. Sama seperti kopi, kita tidak memilih kemasannya, tapi isinya. Memilih pasangan hidup dengan melihat  bagian dalamnya, sifat aslinya, watak, karakter, dan hatinya, bukan hanya sekedar hal-hal yang kasat mata saja.

Atau kita bisa menganggapnya sebagai kehidupan normal. Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan,uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat

untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya,jangan cangkirnya.Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.



Cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kita inginkan sebenarnyaadalah kopi, bukanlah cangkirnya.


Cukup sekian tentang secangkir Kopi. sekali lagi tentang Secangkir Kopi. Bukan Kopi dan Cangkir.

Maaf, untuk banyak hal yang mungkin aneh dan tidak masuk akal. Saya membuat postingan ini dengan tujuan yang baik. Hanya berbagi tentang Secangkir Kopi.


Next, Coffee is Flavour of My Life 


Some Credit for :indonesiaindonesia.com

Senin, 16 Januari 2012

TODAY


T O D A Y





CAST: YOU
JUNG IL WOO
GENRE: PSYCOFFEE-REBORN (?), Angst, Fantasy
RATE : 15+
Author:  tidak terdeteksi# R I N #

disclaimer: emang disclaimer artinya apa??


Ps: Tokoh dalam cerita ini adalah milik author. Maaf apabila ada kesamaan cerita, latar, dsb.

Murni terinspirasi dari drama korea 49 Days, jadi mohon dimaklumi. . Dengan beberapa penambahan, pengurangan, dan pertimbangan.

Hope U like it ~ ^_^

#@#@#@#@#@#

Kamu berlari! Terus berlari! Tangismu pecah setelah kau lelah dan tersungkur ke tanah. Kamu meneriakkan nama eomma dan appamu sampai kamu menjadi pusat perhatian. Seorang ahjumma menyentuh pundakmu tapi dengan kasar kau menepis tangannya.

"Aku tidak mengenalmu! Jangan mendekat!" bentakmu padanya, Ahjumma itu menjauh darimu dengan bisik-bisik sindir yang keluar dari mulutnya.

Kamu tetap menangis, air matamu tumpah ruah membasahi pipi halusmu. Dengan tertatih kamu berdiri, kamu merasa lutut kananmu sangat nyeri, kamu menyentuhnya dan melihat darah segar merembes menuruni betismu, rasanya sangat perih, perih sangat perih. Tapi luka di hatimu lebih menyakitkan! Lebih perih daripada luka di tubuhmu!!

Dengan langkah yang awalnya terseok kamu nekat menyakiti dirimu dengan berlari lagi!! Kamu berlari sampai nafasmu tersengal dan tubuhmu ambruk ketanah lagi. Meringis menahan remuknya sekujur jiwa dan ragamu.

Dengan cepat beberapa namja yang berada di sekitarmu mengangkat tubuhmu. Tapi kau malah menampar salah satu dari mereka! "Aku tidak mengenal kalian! Pergi setan!" umpatmu pada orang-orang yang sudah menolongmu. Mereka meninggalkanmu dengan tatapan aneh, setiap orang yang melihat kearahmu menatapmu aneh!! Mereka melihatmu seolah kasihan, perhatian, kamu tak butuh lagi perhatian, sudah lelah kamu meminta perhatian dari orang-orang terdekatmu, tapi hasilnya nihil. Sekarang waktunya menolak setiap perhatian yang ada. . Kamu berpikir " apa aku hanya diperhatikan saat aku sedang marah saja"

Dan kamu benci! Sangat benci jika dilihat dengan tatapan seperti itu! Tatapan aneh! Meremehkan dan menjijikkan!

"pergi kalian semua!! Aarrgh!!" erangmu ke semua mata yang tertuju padamu.

Kamu bosan, kamu muak, kamu benci, kamu marah, kamu berlari lagi, memaksakan tubuhmu yang sudah penuh dengan luka dan lecet. Kamu menangis! Mengerang! Ayahmu menampar ibumu di depan matamu dan mengatai kau sebagai anak haram! Si pengacau! Bedebah! Pembangkang! Otak udang!! Segala umpatan dan sumpah serapah yang hanya dipersembahkan khusus untukmu, darah daging mereka. .

Kamu marah! Kamu bingung, lelah, sedih, dan sakit. "apakah aku benar-benar anak kalian?"

Kamu sudah berusaha memberikan yang terbaik pada Orang Tuamu tapi mereka tak sedikitpun menghargai usahamu. Mereka hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri. Tak sedikitpun kamu merasa diperhatikan dan cintai dengan tulus oleh kedua orang tuamu. Setiap kali kalian bertiga ada di rumah yang terdengar hanya suara gelas pecah, tamparan, jerit dan tangis. Dan lagi-lagi kamu! Kamu yang menjadi korban! Kamu yang dijadikan kambing hitam untuk menutupi borok masing-masing di antara eomma dan appamu. Kamu jenuh! Kamu bosan!

Kamu ingin pergi dari kehidupanmu yang kacau. .

Kakimu membawamu berlari sampai jauh, denyut-denyut nadimu terasa sangat menyakitkan. Luka-lukamu bergesekan dengan pakaianmu yang menyebabkan perih tak terhingga, sendi-sendi tubuhmu seolah berdecit satu sama lain. Sekarang kamu berada di tempat yang bahkan kau tak tahu ada di mana. Kamu menyusuri sungai di samping kirimu dan menangis sejadi-jadinya sembari terus berjalan. Kamu melamun, memori-memori buruk bergelayut di benang-benang kusut pikiranmu. Saat-saat dimana kamu ditampar ayahmu, saat ibumu menjambak rambutmu kasar, saat dimana kamu meringkuk di ujung kamarmu, menangis kesakitan, menahan perih yang menjalar di sekujur tubuhmu, dadamu terasa sesak saat mengingat momen mengerikan seperti itu. .

"aku bukan siapapun" gumammu diantara isakmu. . Kamu terus menyusuri sungai itu sampai kamu melihat sebuah jembatan. Kamu membangun sugesti dalam dirimu sendiri, "aku sudah tak dibutuhkan di dunia ini"

kamu berlari mengejar jembatan yang jelas tak akan berpindah kemanapun, membuat suara gaduh dengan memukul-mukul pagar jembatan di sisi kirimu. Kamu mengintip ke sisi sungai dan otakmu segera membayangkan seberapa dalam sungai itu dan seberapa besar arus sungai yang akan membawa jasadmu ke dalam peraduan terakhir.


Jingga di ufuk barat tampak kemerahan. Menarik garis batas antara dunia malam dan dunia siang, kehidupan dan kematian. Matahari belum tenggelam, kamu memutuskan untuk berdiam diri sejenak menikmati sakit di sisa hidupmu yang tinggal hitungan menit.

Kamu duduk di pagar jembatan menghadap ke arah sungai sambil menanti hari berakhir. Sejenak kamu terpekur, "haruskah aku mati sekarang?"

Angin musim gugur menyisir sela-sela rambutmu. Tanganmu bergerak seolah berusaha menggapai sang awan di langit. Matamu terpejam dan setangkai kecil sakura terjatuh di kepalamu dan membangunkanmu.

"mau bunuh diri ya?" seorang namja dengan pakaian necis tiba-tiba saja sudah berdiri di atas pagar yang kau duduki.

"tak usah ikut ampur urusan orang lain" sambarmu sebal dan menunjukkan ekspresi tidak suka pada namja yang sekarang malah duduk disampingmu.

Wangi tubuhnya memancarkan aura maskulin seorang pria dewasa.

"tentang orang tua bukan?" lagi-lagi dia membuka mulut.

"tak usah ikut campur" ucapmu ketus. Kamu menggeser dudukmu menjauhinya dan memalingkan wajahmu dari pria yang kamu anggap 'pengganggu' acara persiapan bunuh dirimu itu.

"hebat sekali, menunggu saat-saat mati dengan acara ceremonial menanti matahari terbenam" pria itu berbisik di telingamu. Dan saat kamu menoleh padanya dia sudah tidak ada. Kedua bolamatamu berkontraksi mencari namja itu diantara silau sore hari.

Deruhan nafas menggelitik permukaan kulit lehermu.

"mencariku?" tanyanya mengagetkanmu, hampir saja kau terjatuh tapi dengan sigap tangannya menarik lagi tubuhmu.

"jangan mati sekarang" katanya dengan ekspresi datar.
"tadi bukanlah waktumu mati" tambahnya dingin. Namja itu melepas rengkuhannya darimu, sekarang kamu sudah berada di sisi jembatan yang aman.

"kamu siapa?" tanyamu akhirnya, kamu berpikir setidaknya kamu bisa melakukan perkenalan terakhir dengan seorang namja sebelum mati.

"apakah itu penting?" balasnya dengan suara tinggi. Membuat perasaan kacaumu berubah menjadi sebal yang tak terkirakan pada namja dihadapanmu sekarang.

Dia memiliki tinggi kira-kira 20 cm lebih tinggi darimu, rambutnya memiliki style yang aneh dengan keriting aneh berwarna sedikit kecoklatan. Bibirnya merah kecil dan hidungnya mancung. Sebuah earphone berwarna biru mencolok bertengger di lehernya. Kamu menyimpulkan namja di depanmu ini adalah namja yang lumayan dan menyebalkan.

"kenapa anak kecil tidak pernah mengerti tentang orang dewasa" ujarnya mengeja kata satu persatu, seolah mengejek niatmu bunuh diri karena ribut dengan orang tuamu.

"sudah kubilang jangan ikut campur!!" bentakmu seraya melangkah menjauhi namja itu. Kamu berjalan mengambil langkah yang berbalikan dengan namja itu.


"dengarkan aku!" dalam sekejap kedipan mata namja itu sudah berada di depan matamu, secara logika sangat tidak mungkin.

"apa maumu?!" tantangmu lelah menghadapinya. Acara bunuh dirimu yang tenang telah dirusak dengan kehadiran namja menyebalkan ini.

"makanlah" ujarnya mengulurkan sebungkus kue beras padamu, kamu menatap manik matanya lalu menginjak sepatunya "jangan ikut campur!" kamu melangkah lagi ke arah yang berlawanan dengan arah yang tadi.
Yang benar saja! Kau aru saja diremehkan! Dianggap murahan!


Kamu terus berjalan tapi tak mendengar sedikitpun suara namja kesakitan. Karena penasaran kamu menoleh kebelakang, tapi tak ada siapapun, sore itu daerah yang tak kamu kenal itu sangat sepi. Hanya ada satu-dua orang yang melintas untuk menyeberang. Kamu berpikir sepertinya namja itu sudah menyerah mengganggumu.

Sekali lagi kamu merasakan udara hangat menembus pori-pori lehermu, saat kamu berbalik. Namja berambut keriting aneh itu sudah berada tepat di hadapanmu lagi.

"makanlah" perintahnya sambil menggoyang-goyangkan bungkusan kue beras di tangannya. Benar-benar membuatmu geram!!

"Ti... " kruuk. . Suara perutmu mengatakan hal yang lebih jujur daripada lidah dan egomu.


Tangan namja itu menarik lenganmu kasar, membawamu kembali ke bagian pagar yang tadinya akan kau jadikan tempat tinggal landas.


"dengarkan, aku tidak akan mencegahmu untuk bunuh diri, tapi kamu harus menjawab pertanyaanku sampai matahari tenggelam dan kau boleh melompat sesukamu" ujar namja itu datar, dia memberikan bungkusan kue beras itu padamu dan kamu mengambilnya dengan perasaan malu luar biasa.

"setidaknya kamu mati dengan keadaan kenyang" tambah namja itu membuatmu makin sebal.

Tangan namja itu menggenggam tanganmu erat. Kamu kaget dan merasa bingung dengan apa yang dilakukan namja di hadapanmu ini.

"berjanjilah kamu menjawab pertanyaanku" pinta namja itu dengan tatapan teduh.

Sebagai imbalan sekaligus ungkapan terima kasih atas kue beras pemberiannya. Kamu mengangguk setuju, kamu berpikir "wawancara singkat sebelum mati", kamu mengangguk dan namja itu dengan segera melepas tanganmu kasar.

Ekspresinya kembali datar dan menyebalkan "seharusnya kamu menjawab iya dan mengangguk" bentaknya dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Kamu benar-benar bingung apa yang harus kamu lakukan dengan namja ini. Matanya melotot, gigi-giinya bergemeretak, dia mengacak rambutnya frustasi.

"katakan IYA!!" bentaknya lagi.

Kamu hanya pasrah dan menuruti perintahnya "YA"

"itu lebih baik" ungkapnya senang dengan senyum yang cerah. Cukup menyulitkan pikirmu pada namja ini.

"kenapa kamu ingin bunuh diri?" dia memulai pertanyaan pertama dengan pertanyaan yang benar-benar tak ingin kau jawab sekarang.

Kamu membuka bungkusan kue beras itu dan memakannya perlahan. Namja itu hanya diam menunggumu bicara sampai satu kue beras yang ada di tanganmu habis.

"memangnya kau siapa bertanya seperti itu?" tanyamu balik, namja itu kembali mengacak rambutnya dan mendecak kesal.

"aku Jung Il Woo!!" puas kau, cepat jawab pertanyaanku tadi, kau sudah berjanji!!"

"waah kita satu marga, aku juga Jung, Jung Na Rim, tapi maaf sepertinya aku tidak mau menjawabnya" jawabmu makin membuatnya frustasi.

Dia mendaratkan sebuah jitakan di kepalamu.

"darimana namamu bisa jadi Jung! Ayahmu Choi dan ibumu Kim! Jangan mengambil nama seenaknya!! Kau juga tidak punya suami ataupun kekasih! Bagaimana bisa namamu menjadi Jung Na Rim!! Kau itu Choi Hyun Ah!!" dia meneriakimu panjang lebar. Kau sedikit terswntak bagaimana bisa namja asing ini tahu tentang keluargamu??

"kau siapa? Apa kau guru konseling dari sekolah?" tanyamu sungguh penasaran, yang benar saja!!

"sudah kubilang!! Aku ini Jung Il Woo! Aku bukan siapapun!!" bentaknya lagi, sepertinya dia benar-benar frustasi dengan tingkahmu.

"bukan! Lalu darimana kau tahu tentang keluargaku! Siapa kamu sebenarnya!" bentakmu membalas.

Namja berambut keriting aneh itu terdiam, mendesah tertahan lalu kembali mendecak.

"apa kalau aku bilang siapa aku sebenarnya kau akan benar-benar menjawab pertanyaanku?" tawarnya serius.

"ya" jawabmu asal.

"tidak, jawabanmu tidak tulus"

"YA! Aku akan menjawabnya" katamu dengan keyakinan penuh. Namja itu tersenyum lalu membisikkan sesuatu yang benar-benar tak bisa terpikirkan oleh logika, dia bilang

"Aku Jung Il Woo, malaikat maut"